Raden Direktur Walhi Kalsel (Kaos Hitam)
Kepala Adat (blangkon dikepala)
Poto : Peoplenews. Id
Banjarmasin, Peoplenews.id – Polemik rencana penetapan Pegunungan Meratus sebagai kawasan Taman Nasional kembali menuai penolakan. Direktur Wahli Kalimantan Selatan, Raden, menegaskan sikap tegas bersama masyarakat adat Dayak Bukit untuk menolak usulan tersebut dalam rapat dengan Komisi II DPRD Kalsel.
Menurut Raden, penolakan itu bukan sekadar wacana, melainkan harus dituangkan secara resmi dalam bentuk dokumen tertulis. “Kami meminta bukti hitam di atas putih, bukan hanya pernyataan lisan. Ini penting agar menjadi dasar kuat ketika usulan Taman Nasional diteruskan ke pemerintah pusat,” ujarnya.
Ia menambahkan, alasan penolakan berangkat dari fakta historis dan kultural. Sejak sebelum Indonesia merdeka, masyarakat adat Dayak Bukit sudah hidup dan menjaga kelestarian hutan di Pegunungan Meratus. Justru, kata Raden, kerusakan kawasan terjadi setelah pengelolaan hutan diambil alih oleh negara.
“Kami menolak tanpa tawar-menawar. Kami percaya konservasi Pegunungan Meratus lebih baik jika dikelola oleh masyarakat adat yang selama ini sudah terbukti menjaga keseimbangan alam,” tegasnya.
Raden juga mengungkapkan bahwa Komisi II DPRD Kalsel sepakat dengan sikap masyarakat adat. Dewan berkomitmen menandatangani berita acara penolakan Taman Nasional Meratus dan menyampaikannya kepada Gubernur Kalsel serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Targetnya jelas, sebelum September ini harus ada komitmen nyata dari DPR. Apalagi September punya makna penting karena masyarakat adat sudah berjuang selama 25 tahun untuk mendapatkan pengakuan wilayah adat. Kami harap SK Nomor 2 Tahun 2023 bisa segera diimplementasikan,” pungkasnya.
Masyarakat adat Dayak Bukit memang telah lama memperjuangkan pengakuan wilayah adat mereka di kawasan Meratus. Upaya itu disebut sudah berlangsung seperempat abad lamanya. Kini, momentum penolakan Taman Nasional Meratus dianggap sebagai bagian dari perjuangan tersebut agar hak masyarakat adat tetap terjaga.
Ebi