Dokter Mazaya Atif Spesial
Penyakit Kulit Dan Kelamin
Poto : Peoplenews. Id
BANJARMASIN, Peoplenews. Id — Fenomena “manusia silver” yang kerap menghiasi persimpangan jalan dan lampu merah dengan tubuh dilumuri cat mengundang keprihatinan dari kalangan medis. Pasalnya, bahan yang mereka gunakan untuk mewarnai tubuh bukanlah cat kosmetik atau pewarna tubuh aman, melainkan cat bangunan bercampur dengan thinner hingga bensin. Praktik ini dinilai sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama kulit sebagai organ terluar tubuh manusia.
Dalam wawancara eksklusif bersama, dr. Mazaya Atif, Sp.Dv dokter spesialis kulit dan kelamin yang praktik di lantai 2 RSUD Sultan Suriansyah. Membeberkan berbagai risiko medis yang mengintai para pelaku manusia silver, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Kulit Bukan untuk Dicat: “Fungsinya Proteksi, Bukan Kanvas” Menurut dr. Mazaya, kulit memiliki tiga lapisan utama, yakni epidermis, dermis, dan hipodermis. Lapisan terluar, khususnya stratum corneum, memiliki fungsi utama sebagai pelindung tubuh. Ketika zat-zat kimia berbahaya seperti cat bangunan, thinner, dan bensin dioleskan ke kulit, maka fungsi proteksi ini terganggu.
“Zat-zat itu menyumbat pori-pori, mengganggu sistem termoregulasi atau pengatur suhu tubuh, dan bahkan bisa merusak organ dalam karena dapat diserap masuk melalui pembuluh darah di kulit,” jelas dr. Mazaya.
Dalam jangka pendek, dr. Mazaya menyebut gejala yang umum muncul di antaranya kulit memerah, gatal, terasa panas, nyeri, bahkan bisa timbul benjolan atau pembengkakan.
“Kalau ada gejala-gejala ini, jangan digaruk karena bisa menyebabkan luka dan memperparah infeksi. Segera konsultasikan ke dokter, minimal ke dokter umum dulu jika belum bisa ke spesialis kulit,” ujarnya.
Zat seperti timbal dan aluminium, yang umum terdapat dalam cat bangunan, bersifat toksik dan dapat mengendap di dalam tubuh. “Jika terus-menerus digunakan, bisa menyebabkan kerusakan ginjal, hati, dan meningkatkan faktor risiko terkena kanker kulit, apalagi kalau dikombinasikan dengan paparan sinar matahari langsung,” lanjutnya.
Cat bangunan dan thinner bukan hanya mengandung bahan iritasi, tapi juga karsinogen — zat yang berpotensi menyebabkan kanker jika terakumulasi.
Ironisnya, proses membersihkan tubuh dari cat pun dilakukan dengan cara berbahaya. Banyak pelaku manusia silver yang menggunakan bensin dan thinner lagi untuk mengelupaskan cat sebelum mencuci dengan sabun. “Itu seperti menambahkan racun pada racun. Zat-zat itu bukan pembersih kulit, malah justru memperparah kerusakan,” tegasnya.
Dr. Mazaya memahami bahwa banyak manusia silver menjalani ini karena terpaksa mencari nafkah. Namun, ia mengingatkan bahwa dampak kesehatan yang ditimbulkan tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh.
“Kalau memang terpaksa tetap jalan ini, gunakan zat body paint yang aman untuk kulit dan waktu pemakaian tidak lama. Setidaknya perhatikan perawatan setelahnya. Cuci dengan sabun dan air hangat, gunakan pelembap, dan hindari zat iritasi sebanyak mungkin,” tuturnya.
Namun lebih lanjut, ia menyarankan para pelaku untuk mempertimbangkan alternatif penghasilan yang lebih aman. “Ini bukan hanya soal penampilan, tapi kesehatan jangka panjang dan kualitas hidup,” pungkas dr. Mazaya.
Ebi