Notification

×

Iklan

Iklan

Semarak Hari Musik Sedunia 2025 di Taman Budaya: Panggung Harmoni Etnik hingga Modern

Senin, 07 Juli 2025 | Juli 07, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-07T11:17:48Z

Duo Vokalis Serangkai Mata Asal Tanjung

Poto : Peoplenews.id


BANJARMASIN, Peoplenews. Id — Taman Budaya Kalimantan Selatan menjadi pusat perayaan Hari Musik Sedunia yang diwarnai ragam persembahan lintas genre dari pelajar hingga musisi profesional. Sabtu (5/7). Salah satu sorotan datang dari grup “Serangkai Mata” asal Tanjung, Kabupaten Tabalong, yang menyuguhkan aransemen musik etnik dengan sentuhan modern, menandai perpaduan harmonis antara warisan budaya dan kreativitas generasi muda.

Kepala UPTD Taman Budaya Kalimantan Selatan, Suharyati, dalam sambutannya menjelaskan bahwa konsep tahun ini menekankan keberagaman genre dan partisipasi dari seluruh kalangan. “Kami melibatkan pelajar karena mereka meski masih muda, sudah memiliki pengalaman tampil. Kita ingin Hari Musik Sedunia ini dirayakan oleh semua: yang muda, yang senior, yang tradisional maupun modern,” ujarnya.

Menurut Suharyati, penampilan dari para pelajar dan komunitas musik daerah seperti dari Tabalong dan Barito Kuala menjadi bentuk nyata dari semangat inklusivitas tersebut. “Penampilan dari Tabalong, misalnya, sangat menyegarkan. Lagu-lagunya modern tapi tetap kental dengan etnik khas Kalimantan Selatan. Sedangkan dari Barito Kuala, mereka menonjolkan nuansa Bakumpai, termasuk bahasa yang digunakan dalam lirik lagu,” tambahnya.

Tak hanya sekadar hiburan, pergelaran ini juga menjadi wadah edukasi dan pelestarian. Musik-musik daerah dengan alat musik tradisional dipadukan dengan teknologi aransemen modern. “Ini bentuk perbendaharaan musik Kalimantan Selatan yang tidak hanya berisi musik religi atau tradisional semata, tapi juga banyak genre lain yang layak diangkat ke permukaan,” tegas Suharyati.

Salah satu bintang acara, Ifan, pendiri grup band “Serangkai Mata”, menyampaikan bahwa grupnya terbentuk dari sekumpulan alumni sekolah yang dulunya aktif di sanggar seni. “Kami mulai kembali setelah pandemi 2020, dan pertama tampil di Festival melatu wini , Balangan. Musik kami nuansa etnik, tapi disajikan dengan pendekatan yang kekinian,” ungkapnya.

Grup ini banyak menampilkan lagu-lagu berbahasa daerah, khususnya dari suku Dayak Manyan, yang dikenal dengan istilah pangun rauh bahasa manyan kuno yang sarat makna simbolik. “Lagu-lagu kami biasa dipakai di acara adat, seperti pernikahan atau upacara ritual. Tapi kami kemas agar bisa dinikmati anak muda juga,” jelas Ifan.

Proses kreatif “Serangkai Mata” tidak mudah. Dengan anggota yang berasal dari latar musik berbeda—ada yang tradisional, ada pula yang modern—penyatuan visi menjadi tantangan sekaligus kekuatan. “Kami ingin membuktikan bahwa musik etnik itu tidak ketinggalan zaman. Justru bisa sangat relevan dan powerful jika dikemas secara tepat,” katanya.

Ifan berharap kehadiran mereka di Banjarmasin bisa membuka peluang lebih besar bagi musik daerah untuk mendapat ruang tampil. “Selama ini kami lebih sering tampil di Tabalong atau Kota Baru. Kali ini kami sangat bersyukur bisa hadir di Banjarmasin. Harapannya, semoga ke depannya bisa dilibatkan lagi untuk acara-acara kegiatan di provinsi, apalagi menjelang Hari Jadi Kalimantan Selatan bulan Agustus nanti,” harapnya.

Suharyati pun mengonfirmasi bahwa rangkaian Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan yang akan digelar 16–19 Agustus 2025 mendatang tetap akan menampilkan pertunjukan seni, termasuk musik daerah dan modern. “Semua seni akan kami hadirkan, baik musik, tari, hingga teater. Musik adalah napas kehidupan budaya. Kita ingin masyarakat tahu bahwa di Kalimantan Selatan, musik bukan hanya hiburan, tapi juga jati diri,” pungkasnya.



Ebi

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update